.post img { filter:alpha(opacity=60); /* Internet Explorer */ opacity:0.6; /* standard CSS3 */ -o-transition: all 0.5s; -moz-transition: all 0.5s; -webkit-transition: all 0.5s; } .post img:hover { -o-transition: all 0.3s; -moz-transition: all 0.3s; -webkit-transition: all 0.3s; -moz-transform: scale(1.3); -o-transform: scale(1.3); -webkit-transform: scale(1.3); }

Selasa, 10 April 2012

PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA BARANG TAMBANG DAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA YANG TELAH HABIS MASA EKSPLORASI


PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA BARANG TAMBANG DAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA YANG TELAH HABIS MASA EKSPLORASI

A.     LATAR BELAKANG
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor produksi yang dapat digunakan untuk menghasilkan output berupa barang maupun jasa. Salah satu faktor produksi tersebut adalah aktiva tetap, dimana nilainya cukup material dalam rangka menunjang kelancaran kegiatan perusahaan untuk pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan ini manajemen sebagai pihak yang diberi hak dan tanggung jawab harus menguasai faktor-faktor produksi yang diramu seperti manusia, material dan metode. Proses ini dimaksudkan untuk menghasilkan penerimaan kas melalui penjualan produksi tersebut yang menjadi salah satu sumber dana utama bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan.
Mengingat pentingnya peranan aktiva tetap barang tambag dalam mencapai tujuan perusahaan, maka sangat diperlukan Penerapan PSAK No.17 tentag akuntansi penyusutan terhadap aktiva  yang meliputi, metode penyusutan aktiva tetap dan penyajiannya dalam laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Beberapa penerapan akuntansi yang menawarkan beberapa alternatif yang dapat dipilih salah satunya, misalnya metode penyusutan aktiva tetap. Penerapan metode penyusutan garis lurus atau metode unit produksi pada aktiva barang tambang akan memberikan pengaruh yang berbeda bagi perusahaan karena mempengarui nilai bersih aktiva tetap disatu sisi dan mempengaruhi laba perusahaan disisi lain. Hal ini perlu menjadi perhatian manajemen dalam menetapkan metode yang dipilih sehingga tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang.
Sehingga sekarang ini banyak perusahaan yang bangkrut atau gulung tikar akibat kurangnya perhatian manajeman terhadap perlakuan aktiva tersebut, terutama terhadap aktiva barang tambang yang perusahaannya bergerak dibidang pertambangan. Didalam sebuah skripsi mahasiswa USU saya membaca dan memahami tentang penelitiannya mengenai penyusutan dan penerapan aktiva tanaman menghasilkan pada PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II ( PERSERO) TANJUNG MORAWA KEBUN MARYKE.
Dengan hasil :
1.      Penyusutan aktiva tetap tanaman menghasilkan milik PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Maryke adalah dengan menggunakan Metode Garis Lurus (straight line method) dimana besarnya beban penyusutan tiap tahun adalah tetap, sehingga secara periodik beban ini dikelompokkan sebagai biaya tetap yang tidak dapat dipengaruhi selama masa manfaat. Pemilihan metode penyusutan ini kurang tepat, karena kurang rasional.
2.      Penilaian aktiva tetap tanaman menghasilkan di neraca didasarkan pada nilai buku aktiva tetap yaitu harga perolehan aktiva tetap tanaman menghasilkan dikurangi akumulasi penyusutannya. Hal ini sudah sesuai dengan Standard Akuntansi Keuangan.
3.      Bila aktiva tetap tanaman menghasilkan sudah berakhir masa manfaatnya, maka akan dilakukan pelepasan atau penarikan terhadap aktiva tersebut. Pelepasan terhadap aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara mendebit akumulasi penyusutan aktiva tetap tanaman menghasilkan dan mengkredit akun aktiva tetap tanaman menghasilkan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa USU tersebut, menjadi masalah buat saya mengenai Bagaimana metode penyusutan yang dilakukan sebuah perusahaan pertambangan dalam penyusutan aktiva barang tambangnya ?dan bagai mana sistem penilaian aktiva tersebut apabila telah habis umur ekonomisnya ?
Apakah metode penyusutan yang dilakukan pada aktiva tanaman menghasilkan ini sama dengan aktiva barang tambang. Sedangkan aktiva barang tambang ini umur ekonomisnya lebih dari 20-30 tahun.
B.      RUMUSAMASALAH
Dari latar belakang diatas maka masalah yag ditemui adalah :
1.      Bagaimana metode penyusutan yang dilakukan sebuah perusahaan pertambangan?
2.      Bagai mana sistem penilaian aktiva tersebut apabila telah habis umur ekonomisnya ?
3.      Bagaimana dampak dari metoda pendekatan harga perolehan penuh (full cost approach). Dalam menentukan haraga perolehan bagi perusahaan yang gagal dalam penggalian (mencari sumber alam)?

C.      BATASAN MASALAH
Bagaimana metode penyusutan yang dilakukan sebuah perusahaan pertambangan dalam penyusutan aktiva barang tambangnya ?dan bagai mana sistem penilaian aktiva tersebut apabila telah habis umur ekonomisnya ?

D.     TUJUAN PENELITIAN
1.    Untuk mengetahui pengaruh penilaian kembali aktiva tetap terhadap saldo laba pada perusahaan pertambangan tersebut
2.    Untuk mengetahui metode penyusutan yang digunakan di perusahaan pertambangan tersebut dan pengeruhnya terhadap efektivitas kinerja perusahaan
3.    Pengeruh penyusutan terhadap laporan keuangan perusahaan pertambangan tersebut
4.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah metodologi penelitian

E.      MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1.      Peneliti, untuk menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari perguruan tinggi serta sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas metodologi penelitian
2.      Perusahaan, diharapkan dapat dijadikan masukan yang berguna bagi perusahaan dalam melakukan revaluasi aktiva tetap. Serta dapat mempertimbangkan pengaruh dari penggalian yang dilakukan terus menerus terhadap kondisi daerah tersebut

F.       REFERENSI
1.      SKRIPSI Mahasiswa USU (PENERAPAN PSAK NO. 16 TERHADAP AKTIVA TETAP TANAMAN MENGHASLKAN BUDIDAYA COKLAT PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II ( PERSERO) TANJUNG MORAWA KEBUN MARYKE) – (http://akuntansi.usu.ac.id/jurnal-akuntansi-39.html)
2.      Jurnal akuntansi, analisis penerapan metode penyusutan aktiva tetap dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan.
3.       Drs. Sofyan Syafri Harahap, MSAc. Akuntansi Aktiva Tetap, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.
4.       PSAK no 16 tentang Aktiva tetap

G.     TINJAUAN PUSTAKA
Aktiv Tetap Yaitu Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tdk dimaksud utk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan & mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.
Jenis-Jenis Aktiva Tetap
1.       Aktiva Tetap yang umurnya tdk terbatas seperti tanah pertanian.
2.      Aktiva Tetap yang umurnya terbatas & apabila sudah habis masa penggunaanya bisa diganti dengan aktiva sejenis, misal : mesin, kendaraan dan aktiva ini mengalami penyusutan, biasa di sebut sebagai depresiasi.
3.      Aktiva Tetap yang umurnya terbatas & apabila sudah habis masa penggunaanya tdk bisa diganti dengan aktiva sejenis, misal : barang tambang dan penyusutannya disebut Deplesi karena aktiva ini tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis.
Aktiva tetap dinilai sebesar nilai buku yaitu harga perolehan aktiva tetap tsb dikurangi dengan akumulasi penyusutannya dan harga perolehan aktiva tetap adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh aktiva tetap tersebut.
Akiva Sumber alam meliputi hasil tambang yang terdapat dalam tanah, seperti minyak, gas, dan mineral, dan hasil hutan (terutama berupa kayu). Aktiva produktif yang berumur panjang ini mempunyai dua karakteristik, yakni (1) secara fisik berkurang karena operasi, dan (2) tidak dapat diganti. Oleh karena itu sumber alam sering disebut juga aktiva (wasting assets).
Harga perolehan suatu sumber alam adalah harga tunai atau harga pasar aktiva yang diserahkan atau diperoleh, tergantung mana yang lebih rendah, untuk mendapatkan sumber alam dan menyiapkannya sesuai dengan maksud pemilikan aktiva tersebut. Untuk suatu sumber alam yang sudah ditemukan, seperti misalnya tambang batu bara yang sudah ada, maka harga perolehannya adalah sebesar harga yang dibayarkan untuk mendapatkan tambang tersebut.
Penghapusan harga perolehan sumber alam secara sistematis disebut deplesi. Untuk melakukan deplesi, biasanya digunakan metoda satuan hasil (atau satuan kegiatan), karena deplesi periodik biasanya merupakan fungsi dari hasil produksi yang ditambah selama tahun yang bersangkutan. Dalam metoda ini, harga perolehan sumber alam dikurangi nilai residu (jika ada), dibagi dengan taksiran jumlan satuan hasil, sehingga dapat ditentukan harga perolehan per satuan hasil. Untuk menentukan biaya deplesi, maka biaya deplesi per unit kemudian dikalikan dengan jumlah satuan hasil yang ditambah dan dijual.
Penentuan harga perolehan yang ada akan dikapitalisasi menjadi masalah, bila sumber alam tersebut baru dalam tahap explorasi. Sebagai contoh, dalam perusahaan industri minyak dikeluarkan pengeluaran yang tidak sedikit untuk explorasi (mencari sumber minyak). Sebelum berhasil menemukan sumber minyak, perusahaan seringkali harus melakukan penggalian sumur berulang-ulang pada tempat yang berpindah-pindah. Pengeluaran untuk explorasi yang tidak sedikit itu, tidak selalu berhasil.
Sehubungan dengan hal tersebut, sering dipermasalahkan mengenai perlakuan terhadap pengeluaran untuk explorasi yang tidak mendatangkan hasil. Pada umumnya, baik pengeluaran untuk explorasi yang tidak berhasil maupun berhasil, dikapitalisasi sebagai bagian dari harga perolehan sumber alam. Selanjutnya harga perolehan tersebut akan dihapus secara bertahap menjadi biaya selama masa produktif sumur minyak yang berhasil. Metoda ini sering disebut sebagai pendekatan harga perolehan penuh (full cost approach).
Sebagian ahli akuntansi menyarankan agar hanya pengeluaran explorasi untuk sumur yang berhasil saya yang dikapitalisasi. Mereka berpendapat bahwa kapitalisasi pengeluaran untuk sumur yang tidak berhasil pada harga perolehan sumur yang berhasil tidaklah logis. Sebagai contoh, jika dari 50 kali penggalian terdapat satu sumur yang berhasil, maka tidaklah logis apabila pengeluaran untuk menggali 49 sumur yang tidak berhasil terus diperhitungkan sebagai harga perolehan dari satu buah sumur berhasil. Metoda ini sering disebut sebagai pendekatan usaha berhasil (successful effort approach). Dewasa ini kedua pendekatan tersebut digunakan dalam akuntansi untuk sumber alam pada berbagai perusahaan industri minyak yang terkenal di dunia.




1 komentar:

  1. KISAH CERITA SAYA ~ SUKSES JADI PNS


    Assalamu Alaikum wr-wb, mohon maaf sebelum'nya saya ingin mempublikasikan KISAH KESUKSESAN saya menjadi seorang PNS, saya ingin berbagi kesuksesan keseluruh pegawai honorer di instansi Pemerintan Manapun, saya sudah 7 tahun saya jadi tenaga honor belum diangkat jadi PNS Bahkan saya sudah 2 kali mengikuti ujian, dan membayar 70 jt namun hailnya nol uang pun tidak kembali, bahkan saya sempat putus asah, pada suatu hari tempat saya honor mendapat tamu istimewa dari salah seorang pejabat tinggi dari kantor BKN pusat karena saya sendiri mendapat penghargaan pengawai honorer teladan, disinilah awal perkenalan saya dengan beliau, dan secara kebetulan beliau menitipkan nomor hp pribadinya 0853-2174-0123 dan 3 bln kemudian saya pun coba menghubungi beliau dan beliau menyuruh saya mengirim berkas saya melalui email, Satu minggu kemudian saya sudah ada panggilan untuk ujian, alhamdulillah berkat bantuan beliau saya pun bisa lulus dan SK saya akhirnya bisa keluar,dan saya sangat berterimah kasih ke pada beliau dan sudah mau membantu saya, itu adalah kisah nyata dari saya, jika anda ingin seperti saya, anda bisa Hubungi Bpk DR. HERMAN. M.SI No beliau selaku direktur aparatur sipil negara di bkn pusat Hp beliau 0853-2174-0123 siapa tau beliau masih bisa membantu anda. Wassalam....

    BalasHapus